BATUAN BEKU
Hai sobat
SEG UHO SC, artikel kali ini berisi materi yang akan membuka wawasan kamu
tentang Struktur Bumi. Semoga postingan ini dapat lebih meningkatkan
pengetahuan kamu tentang struktur bumi ini. Selamat menyimak dan memahaminya.
Apakah kalian tau, apa itu batu dan apa itu batuan ???
Kalian pasti pernah mendengarnya, melihatnya juga pasti pernah, namun
tahukah kalian perbedaan dari BATU dan BATUAN ???
Kali ini kita akan membahas tentang BATU dan BATUAN.
A. Pengertian
Batu adalah benda yang padat yang terbentuk secara alami
dan tersusun dari kumpulan beberapa mineral sedangkan batuan adalah
kumpulan dari beberapa jenis batu yang terdiri dari perpaduan mineral yang
membentuk bagian utama dari kerak bumi.
Batuan memiliki komposisi mineral,
sifat fisik, dan umur yang bermacam-macam. Umumnya batuan adalah gabugan dari
dua mineral atau lebih. Batuan di bumi ini berdasarkan pembentukannya terbagi
menjadi 3 macam jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
B. Batuan Beku
Batuan beku ekstrusif terjadi akibat magma yang mengalir atau terlontar kepermukaan bumi akibat dari letusan gunung api. Magma yang keluar itu di sebut dengan lava. Lava yang keluar ke permukaan bumi tersebut bisa saja berada di daratan maupun terbawa ke bawah permukaan laut tergantung letak gunung api yang meletus. Pendinginan lava terjadi dengan cepat kemudian membentuk padatan, debu atau pun cairan kental yang sangat panas. Ada beberapa jenis lava yang membentuk batuan beku ekstrusif, yaitu :
- Lava balistik adalah lava yang memiliki sifat basa dengan
viskositas dan kandungan silika yang relatif rendah. Lava ini keluar
dari kerak bumi melalui lubang yang terhubung dengan bagian dalam bumi. Karena
memiliki sifat yang sangat cair, lava yang keluar tersebut kemudian
mengalir dan menyebar ke segala arah.
- Lava asam yaitu lava yang kandungan silika dan viskolitasnya tinggi, sehingga ketika keluar ke permukaan bumi maka akan membentuk satu aliran saja di sepanjang lembah.
Tempat Pembentukan Batuan Beku Intrusif |
Tinggi dan rendahnya kandungan silika pada batuan beku ekstrusif dapat dikelompokkan menjadi :
- Batuan beku asam – Batuan beku ekstrusif yang bersifat asam
mempunyai kandungan silika sebesar 65 persen sampai 75 persen. Batuan
dengan sifat asam juga mengandung kadar kuarsa dan orthoklas yang besar,
contohnya adalah batu rhyolite.
- Batuan beku intermediet
– Kandungan
silika yang dimiliki oleh batuan beku bersifat intermediet adalah 55persen
sampai 65 persen. Batuan ini biasanya berwarna terang, contohnya adalah
batu andesite.
- Batuan beku ekstrusif basa – Batuan beku yang
bersifat basa mengandung silika sebesar 45persen sampai 55 persen. Mineral
utama pembentuknya adalah plagioklas. Contoh batuan beku
ekstrusif bersifat basa yaitu batu basalt.
- Batuan beku ekstrusif ultra
basa – Kadar
silika pada batuan bersifat ultra basa sangatlah kecil, yaitu tidak lebih
dari 45 persen. Mineral silikat seperti piroksin dan olivine merupakan mineral utama yang membentuk batuan
ultra basa. Contoh batuan jenis ini adalah batu kimberlite.
C. Karateristik batuan
beku
1) Warna
Warna pada batuan beku dibedakan menjadi dua yakni warna segar dan warna lapuk. Warna segar adalah warna asli batuan sedangkan warna lapuk adalah warna yang nampak pada batuan akibat pengaruh lingkungannya. Warna batuan beku sangat bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Hal ini sangat dipengaruhi akibat komposisi mineral penyusun batuan beku tersebut. Warna mineral merupakan salah satu faktor utama dalam pewarnaan batuan beku, hal ini disebabkan karena warna batuan beku berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi. Contohnya ketika terjadi pencampuran mineral hitam pekat dengan putih maka biasanya akan terbentuk batuan beku hitam berbintik putih.
2) Tekstur
Tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Tekstur dari batuan bergantung dari jenis mineralnya. Komposisi dari mineral tersebut akan berhubungan dengan ukuran butir pada batuan beku tersebut, tingkat kristalilasinya dan bentuk kristalnya. Adapun tekstur khusus pada batuan beku yakni :
Tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Tekstur dari batuan bergantung dari jenis mineralnya. Komposisi dari mineral tersebut akan berhubungan dengan ukuran butir pada batuan beku tersebut, tingkat kristalilasinya dan bentuk kristalnya. Adapun tekstur khusus pada batuan beku yakni :
a) Batuan beku
yang mengandung kristal berukuran kasar yang tertanam dalam massa dasar yang
berukuran lebih halus diklasifikasikan menjadi :
·
Porphyritic/Phyric ; jika massa dasar kristalin
·
Vitrophyric ; jika massa dasar gelasan
·
Felsophyric ; jika massa dasar berupa kuarsa dan
feldspar yang saling tumbuh bersama atau intergrowth.
·
Orthophyric ; jika massa dasar berupa feldspar yang
bentuknya gemuk, siku-siku.
·
Cumulophyric ; jika fenokris mengelompok/berkumpul
b)
Ophitic dan subophitic merupakan tekstur yang
khas pada kelompok gabro/ basalt,terutama diabas. Merupakan intergrowth antara
piroksen dan plagioklas. Ophitic adalah tekstur batuan beku ketika mineral
plagioklas dilingkupi oleh mineral piroksen. Subophitic adalah tekstur batuan
beku ketika mineral piroksen dilingkupi oleh mineral plagioklas.
c)
Tekstur graphic merupakan
tekstur yang sering ada pada batuan beku yang kaya silika terutama granit,
pegmatit, dimana mineral kuarsa tumbuh bersama dengan alkali feldspar.
d)
Trachytic (pilotaxitic), tekstur yang umum pada batuan
vulkanik, berupa mikrolit yangmembentuk orientasi tertentu, karena dihasilkan
oleh mekanisme aliran.
e)
Intergranular /intersertal, banyak dijumpai pada
batuan lava dan hipabisal, khususnya basalt dan diabas. Celah-celah sudut
mineral feldspar ditempati oleh mineral ferromagnesian (olivin,piroksen, bijih
besi) atau gelas, mineral sekunder, serpentin, chlorit dan lain-lain.
f)
Tekstur Amygdaloidal ; sering dijumpai pada lava atau
batuan intrusi dangkal. Berupa lubang-lubang gas (vesicles), yang terisi
mineral sekunder, seperti opal, chalsedon, chlorite, kalsit.
g)
Granophyric / micrographic ,
merupakan tekstur intergrowth antara mineral kuarsa dengan feldspar, tetapi
dengan ukuran yang lebih halus.
3) Tingkat
Keseragaman Butir
§ Equigranular ; apabila
kristal penyusun batuanbeku berukuran relatif seragam. Butir-butir penyusun
batu tersebut ukurannya hampir sama antara yang satu dengan lainnya.
§ Inequigranular ; jika
ukuran butir kristal penyusunnya tidak sama.
4) Bentuk
Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
§ Euhedral ; jika kristal berbentuk sempurna, dengan dibatasi
oleh bidang kristal yang ideal (tegas, jelas teratur).
§ Subhedral ; kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal
yang tidak begitu jelas, sebagian teratur, sebagian tidak.
§ Anhedral ; kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal
yang tidak teratur.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat
bentuk kristal, yaitu:
§ Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga
dimensinya sama panjang.
§ Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang
dari satu dimensi yang lain.
§ Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
§ Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
5) Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
·
Fanerik/fanerokristalin
Besar
kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
v Halus ( fine), apabila ukuran
diameter butir kurang dari 1 mm.
v Sedang (medium), apabila ukuran
diameter butir antara 1 – 5 mm.
v Kasar (coarse), apabila ukuran
diameter butir antara 5 – 30 mm.
v Sangat kasar (very coarse), apabila
ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
·
Afanitik
Besar
kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa
sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat
dibedakan:
v Mikrokristalin, apabila
mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan
ukuran butiran sekitar 0,1 –0,01 mm.
v Kriptokristalin, apabila
mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan
bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 –0,002 mm.
v Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan
beku tersusun oleh gelas
·
Porfiritik
Batuan yang
kristalnya sebagian dapat dibedakan dengan mata biasa (berukuran besar) dan
sebagian kristal lainnya tidak dapat dibedakan dengan mata biasa, hingga hanya
bias dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop serta fenokrisnya yang tertanam
dalam massa dasar yang halus.
6) Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat
kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa
banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu
juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam
pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar sedangkan apabila
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus akan tetapi jika
pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk
amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi,
yaitu:
a) Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi
berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral-mineral
dengan bentuk kristal yang relatif sempurna. Tekstur holokristalin adalah
karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat
permukaan.
b) Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan
terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal, hal ini
menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memungkinkan
terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang semuanya
tersusun dari massa gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma
berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral-mineral
dengan bentuk yang sempurna. Tekstur holohyalin banyak terbentuk sebagai lava
(obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh
batuan.
Sekian pembahasan tentang batuan yang dikhususkan ke
batuan beku, mudah-mudahan pembahasan kali ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca. Nantikan materi lanjutan kami tentang batuan, sampai jumpa.
Comments
Post a Comment