PROSES TERJADINYA GEMPA DI PALU SULAWESI TENGAH


Pada artikel kali ini, akan dibahas mengenai peristiwa bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala serta daerah sekitarnya yaitu terjadinya gempa bumi dan tsunami.
Gempa Donggala Dan Tsunami Palu Sulawesi Tengah

            Gambar 1. Pusat Gempa yang tejadi di Palu dan Donggala
Pulau Sulawesi adalah memiliki proses geologi yang begitu rumit dan kompleks yang telah terjadi  puluhan juta tahun silam sehingga dapat membentuk Pulau menyerupai huruf K. Awal mulanya  Sulawesi hanyalah berupa empat pulau mengapung. Kemudian pulau itu bergerak menjadi satu.Empat pulau mengapung itu bergerak dalam pergerakan sentimeter per tahun. Pergerakannya dibawa oleh tiga lempeng besar yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Serta  dipengaruhi pula oleh pergerakan lempeng Filipina yang lebih kecil dari arah Timur Laut.
Rumit dan kompleksnya proses tektonik pembentukan Pulau Sulawesi ini pula yang akhirnya menyebabkan terbentuknya sesar yang merobek dan melintasi Pulau Sulawesi. Ilmu geologi masa kini mengenal setidaknya ada 9 sesar terbesar yang membuat Sulawesi dikepung oleh gempa. Sesar tersebut meliputi Sesar Palu Koro, Sesar Poso, Sesar Matano, Sesar Lawanopo, Sesar Walanae, Sesar Gorontalo, Sesar Batui, Sesar Tolo, dan Sesar Makassar. Seorang ahli Geolog dari LIPI, Danny Hilman pernah mengatakan, Sesar Palu Koro dan Sesar Matano menyimpan energi guncangan gempa yang besar. Rambatan gempa yang diakibatkan pergerakan Sesar Palu Koro dan Sesar Matano sudah berada di level tertinggi. Setara dengan akselerasi gravitasi 0,6 G. Jika berada pada level 0,6 G berarti kondisi gempanya sudah sangat parah.

Gambar 2. Letak Sesar Palu Koro di Pulau Sulawesi
Sesar palu koro merupakan sesar mendatar (strike slip fault) yang diduga menimbulkan getaran gempa hingga 7,7 SR didaerah donggala dan palu Sulawesi tengah. Getaran  yang ditimbulkan sesar palu koro ini secara teori tidak dapat menimbulkan tsunami. Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebakan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut. Namun kejadian dilapangan memberikan fakta yang sebaliknya. Akan tetapi teori ini sepenuhnya tidak salah karena tsunami yang terjadi dipalu disebabkan oleh adanya longsoran bawah laut yang terjadi setelah gempa 7.7 SR.


Gambar 3. Mekanisme tsunami akibat longsor bawah laut

Longsoran bawah laut ini disebabkan oleh Sesar Palu-Koro yang merupakan transtension yang memiliki komponen realizing band di bagian tengah sesar yang dapat bergerak turun dan naik. Pergerakan naik turun inilah yang dapat menyebabkan longsor dibawah laut. Selain itu, kota palu dan donggala terbentuk oleh satuan batuan berumur pratersier, batuan tersier yang relatif sudah lapuk serta endapan kuarter yang belum kompak. Keadaan batuan yang mudah mengalami perubahan susunan butir inilah yang menyebabkan terjadinya longsoran dibawah laut.
Menurut Nugroho tsunami yang terjadi dikota palu disebabkan oleh dua faktor.  Pertama bentuk geomorfologi teluk Palu hingga Donggala yang  mengamplifikasi kekuatan tsunami. Bentuk geomoroflogi dasar laut di teluk ini sangat curam, melebihi 60 derajat sehingga  memungkinkan terjadinya longsoran dibawah laut. Nugroho  mengandaikan apabila ada lereng dibawah laut setinggi 800 meter kemudian lereng ini mengalami longsoran maka akan terjadi perpindahan massa air dengan kecepatan dan  terbentuklah gelombang yang sangat tinggi. Faktor kedua yaitu bentuk teluk palu yang terlihat seperti kanal tertutup sehingga bisa mengamplifikasikan kekuatan massa air laut yang datang. Para ahli setuju bentuk teluk Palu seperti kanal tertutup jika dilihat dari peta. Teluk Palu menjorok ke dalam seperti saluran air selokan yang ujungya satu terbuka dan satu tertutup. Jika digelontorkan air dari ujung yang terbuka keujung yang tertutupnya maka akan terjadi gelombang yang sangat besar.

Gambar 4. Dampak Tsunami di Palu
Tsunami dapat dijelaskan bahwa sebuah getaran gempa bumi yang disebabkan oleh sesar palu koro memicu longsoran didasar laut. Selain dipicu oleh aktivitas sesar, longsoran dasar laut di daerah palu disebabkan karena kondisi batuan penyusunnya sudah lapuk dan kurang kompak. Longsoran dasar laut inilah yang kemudian membentuk gelombang air yang sangat (tsunami).
Demikianlah artikel mengenai peristiwa bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala serta daerah sekitarnya yaitu terjadinya gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tanggal 28 September 2018. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Comments

Popular posts from this blog

TIPE - TIPE BENTANG ALAM

STRUKTUR PRIMER

KEKAR