KEGIATAN PEMBORAN

KEGIATAN PEMBORAN 



Hallo sobat pembaca!! kembali lagi bersama kami SEG UHO SC. Kali ini kita akan membahas sedikit mengenai Kegiatan Pemboran.. nah untuk lebih jelasnya, silahkan simak artikel berikut!! SELAMAT MEBACA..

          Tanpa pemboran hampir tidak mungkin mendapatkan gambaran rinci lapisan atau batuan yang jauh di bawah permukaan tanah. Banyak sekali informasi yang diperoleh dari kegiatan pemboran tersebut, antara lain kedalaman lapisan yang produktif, temperatur dan tekanan, jenis batuan, litologi, dan jenis fluidanya. Resiko yang dihadapi adalah adanya semburan liar yang selain menambah biaya pemboran yang tidak sedikit, juga kadang-kadang menelan korban jiwa. 

        Yang pertama-kali dibor adalah sumur taruhan (wild cat) yang lokasinya biasanya dipilih di puncak struktur. Disebut demikian karena sumur ini benar-benar merupakan taruhan untuk langkah selanjutnya. Bila berhasil menemukan jebakan hidrokarbon, maka lazimnya diikuti beberapa sumur di kaki struktur (appraisal wells) untuk menentukan batas-batas reservoir. Data sumur-sumur tersebut sangat membantu memperbaiki model geologi yang sudah dibangun sebelumnya. Kebijakan pimpinan perusahaan dibantu dengan masukan pemikiran akhli teknik reservoir akan mampu mengambil keputusan apakah akan berproduksi dengan jumlah sumur tertentu ataukah justru produksinya dipercepat (accelerated) dengan tambahan sumur-sumur pengembangan (development wells) di lokasi-lokasi yang dipilih. Urut-urutan langkah ini bisa diterapkan untuk jebakan struktural seperti antiklinal. Berbeda sekali, tentu saja, bila yang dijumpai di lapangan berupa lensa-lensa, atau bentuk lain. 

       Setiap metoda pemboran harus mampu memecah formasi yang ditembus dan membawa serpihan-serpihan batuan ke permukaan. Dikenal pemboran dengan cara seperti mengaduk dan menumbuk (churn drilling), sedangkan yang sering digunakan adalah dengan memutar (rotary drilling), atau gabungan keduanya. Cara kerja alat bor memecah batuan formasi berurutan diperlihatkan pada Gambar 1 dan 2.

  (1)                         (2) 


       Setelah semua perlengkapan dan peralatan disiapkan, dibuat lubang yang dibeton (concrete cellar) berukuran 3,05 meter x 2,45 meter x 3,05 meter, yang cukup kuat menahan beban menara pemboran (drilling rig) yang selanjutnya nanti untuk mengakomodasi katup kepala-sumur (well head valve) dan perluasan gelondong (expansion spool). Bagian-bagian dari menara pemboran diperlihatkan dalam Gambar 3. Di sekitar dan di bawah lubang tersebut masih diperkuat lagi dengan bahan-bahan tertentu, selain untuk memperkuat penahan beban menara bor, juga untuk mengalihkan rembesan besar gas yang bisa membahayakan petugas lapangan.
Gambar 3. Sketsa menara pemboran putar (Sandler, 1982)
             
         Batuan terpecah menjadi beberapa serpihan oleh mata bor, misalnya yang berbentuk tiga kerucut (three cones) seperti yang dapat dilihat pada Gambar4. Untuk mengangkat serpihan batuan dari lubang sumur melalui anulus ke permukaan diperlukan lumpur pemboran. Bagaimana sirkulasi lumpur bor pada saat kegiatan pemboran berlangsung diperlihatkan pada Gambar 5. Beberapa jenis lumpur pemboran yang sudah umum digunakan adalah yang berbasis air (water base mud), berbasis minyak (oil base mud), dan kadang-kadang udara yang dipasok dari kompresor atau gas dari sumur terdekat, bilakondisinya memungkinkan.

Gambar 4. Contoh bentuk mata bor tiga kerucut (Sandler, 1982)

Gambar 5. Sketsa sistem lumpur (Sandler, 1982) 

            Di permukaan, serpihan ini diseleksi dan dikumpulkan untuk dianalisis lebih lanjut. Selain itu, fungsi lumpur tersebut antara lain: melumasi dan mengidentifikasi langkah-langkah model prakiraan tersebut. Prakiraan memiliki karakter ekstrapolasi daripada interpertasi, jadi ini melibatkan ketidakpastian dan resiko. Prakiraan mengarah pada pengambilan keputusan. 

       Hasil prakiraan ini sering membutuhkan dukungan visualisasi dan interpertasi yang dapat disajikan dan digunakan oleh `pelanggan` hasil pemodelan tersebut. Model geometri dan prakiraan diperlihatkan pada Gambar 5 sebagai cara menyajikanvisualisasi dan interpertasi yang diteruskan kepadapelanggan. Mengurangimasuknya cairan lumpur ke dalam formasi, menjaga serpihan batu danpemberatnya manakala sirkulasi berhenti, membantu menyangga berat pipapemboran dan selubung, mengurangi kerusakan pada lapisan yang potensial,meneruskan tenaga-kuda hidrolik ke mata bor, dan mengontrol tekanan bawah lapisan yang lebih keras. Ini disebabkan dinding sumur sering runtuh danhilangnya sirkulasi, sehingga harus diganti lumpur baru dengan bahan-bahantambahannya(additives). Gambar 6 memperlihatkan petugas lapangan yangsedang meramu lumpur yang akan digunakan dalam kegiatan pemboran.

Gambar 6. Petugas pengatur lumpur (Sandler, 1982) 

        Serpihan berukuran kecil yang terbawa lumpur bisa tidak sepenuhnya mewakili lapisan yang ditembus manakala terdiri dari serpih dan lempung yang akan mengembang dalam lumpur pemboran yang sudah bercampur air dan berubah bentuk sesampainya di permukaan. Sebagai penggantinya diambil contoh dari formasi yang menjadi perhatian, berukuran cukup memadai untuk menentukan sifat-sifat fisik batuan formasi tersebut. Dengan alat selongsong baja di dasar lubang (bottom hole core barrel) akan diperoleh contoh batu-inti berukuran panjang sampai 70 kaki dengan garis tengah 3 inci. 
          Sedangkan dengan alat khusus diperoleh contoh formasi yang diambil dari dinding sumur (side wall core) dengan ukuran garis tengah ¾ sampai 1 inci dan panjang 2 sampai 6 inci. Contoh alat yang digunakan dan bentuk batu inti yang diperoleh diperlihatkan seperti pada Gambar 7. Kegiatan pemboran agak terhambat oleh dua hal: 1).terjepitnya pipa pemboran sewaktu menembus lapisan yang lengket, biasanya lempung, dengan kandungan banyak air; 2) pengambilan contoh batu-inti yang prosesnya biasanya agak lambat, namun diperlukan untuk menunjang kebutuhan ahli geologi tentang informasi lapisan yang dituju. Lubang sumur hampir dipastikan tidak mulus lurus ke bawah, melainkan berkelok, malah sering dijumpai kelokan yang menyerupai kaki anjing, lebih sering disebut sebagai dog leg seperti yang terlihat pada Gambar 8.                            (Gambar 7)                                                                 (Gambar 8) 

Gambar 7. Pipa dan mata bor batu inti (Sandler, 1982)
Gambar 8. Contoh bentuk kaki anjing (Lubinski, 1961).

     Selain pemboran sumur satu per satu lurus menembus lapisan yang diduga mengandung hidrokarbon, dikenal juga pemboran beberapa sumur miring yang dilakukan dari satu lokasi klaster. Ini sering dijumpai di anjungan lepas pantai atau lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan menajak setiap sumur di setiap titik permukaan tanah, atau pertimbangan-pertimbangan ekonomi. Teknologi pemboran terbaru malah memungkinkan menembus lapisan secara horisontal mengikuti arahnya lapisan. Tidak semua kegiatan pemboran mulus sesuai jadwal dan sasaran, tetapikadang-kadang dijumpai apa yang disebut sebagai semburan liar (blow-out). Untuk mengantisipasi kejadian ini di permukaan dipasang alat pencegah semburan liar (blow-out preventer, BOP) yang bentuknya terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Contoh bentuk BOP (Sandler, 1982) 

Apa yang dilakukan kalau semburan liar semacam ini terlanjur terjadi ?. Yang paling umum dilakukan adalah menutup sumur tersebut dengan membor sumur baru miring ke arah lubang yang menyembur dan menutupnya dengan semen. 

Sekian pembahasan kita kali ini, mudah-mudahan pembahasan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Nantikan informasi-informasi kami selanjutnya. SAMPAI JUMPA..

Comments

Popular posts from this blog

STRUKTUR PRIMER

TIPE - TIPE BENTANG ALAM

Well Logging