ENERGI PANAS BUMI
Apa yang dimaksud dengan Energi Panas Bumi?
Energi panas bumi
adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan
fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik di Italia sejak tahun 1913 dan di New Zealand sejak
tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor non‐listrik (direct
use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Saat ini energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk
Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor
non‐listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air,
pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah,
pengeringan kayu, kertas dll.
Energi Panas Bumi di Indonesia
Di Indonesia usaha
pencarian sumber energi panas bumi
pertama kali dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Kegiatan
eksplorasi panasbumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972.
Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New
Zealand melakukan survei pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil
survei dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panas bumi, yaitu di sepanjang jalur
vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali,
Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi.
Survei yang dilakukan selanjutnya telah berhasil menemukan beberapa daerah
prospek baru sehingga jumlahnya meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek
di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di
Nusatenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5 prospek di
Kalimantan. Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa
diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC).
Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India‐Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐Nusa tenggara dan di
kedalaman sekitar 100 km di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses
magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di bawah
Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis magma yang dihasilkannya
berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih
bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi
sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan
menghasilkan endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena
itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati
batuan volkanik, sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam
batuan sedimen dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.
Sistem Hidrothermal
Sistem panas bumi di
Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225oC),
hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperatur sedang (150‐225oC). Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas.
Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung
(bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk
bergerak kebawah, akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber
panas maka akan terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih
tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih
panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah,
sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi. Berdasarkan pada jenis fluida
produksi dan jenis kandungan fluida utamanya, sistim hidrotermal dibedakan
menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa. Sistim dua fasa dapat
merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap.
1. Sistem Dominasi Uap
Sistem dominasi uap
merupakan
sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya mempunyai
kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan fasa airnya. Rekahan
umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan air. Reservoir air
panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya.
2. Sistem Dominasi Air
Sistem dominasi air merupakan sistim
panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan
air yang sangat dominan walaupun boiling” sering terjadi pada bagian atas
reservoir membentuk lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan
tinggi. Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir
panasbumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500oC. Berdasarkan pada besarnya
temperatur, Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi menjadi tiga, yaitu:
Ø Sistim
panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung
fluida dengan temperatur lebih kecil dari 1250oC.
Ø Sistim/reservoir
bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung fluida
bertemperatur antara 1250oC
dan 225oC.
Ø Sistim/reservoir
bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya mengandung fluida bertemperatur
diatas 225 oC.
<<= Thanks and look forward to
the next article =>>
Comments
Post a Comment